Tragedi Longsor Tambang Freeport: Dua Pekerja Tewas, Lima Masih Terjebak
Mimika, Papua Tengah – Duka mendalam menyelimuti dunia pertambangan nasional. Dua dari tujuh pekerja yang sebelumnya dilaporkan terjebak akibat longsor di tambang bawah tanah PT Freeport Indonesia ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Sementara lima orang lainnya masih dalam proses pencarian dan penyelamatan yang penuh tantangan.
Peristiwa tragis ini terjadi pada Senin malam, 8 September 2025, sekitar pukul 23.21 WIT, di area tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC), Tembagapura. Material longsoran berupa lumpur basah atau wetmuck secara tiba-tiba menerjang area kerja, menutup akses dan memerangkap tujuh orang pekerja yang saat itu tengah menjalankan tugas.
Setelah hampir dua belas hari pencarian tanpa henti, tim penyelamat berhasil menemukan dua dari tujuh korban pada Sabtu pagi, 20 September 2025, sekitar pukul 08.45 WIT. Keduanya telah dikonfirmasi tidak bernyawa. Identitas korban diketahui sebagai Irawan (46 tahun), warga Cilacap, Jawa Tengah, dan Wigih Hartono (37 tahun), asal Tulungagung, Jawa Timur. Keduanya bekerja sebagai teknisi listrik melalui kontraktor PT Cita Contract.
“Dengan penuh duka cita kami sampaikan bahwa dua pekerja telah ditemukan dalam keadaan meninggal dunia. Kami sampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya kepada keluarga korban,” ujar Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Tony Wenas, dalam pernyataan resminya.
Sementara itu, lima pekerja lainnya masih dinyatakan hilang. Proses pencarian terus dilakukan, namun dihadapkan pada berbagai kendala. Lumpur basah yang masih aktif serta medan sempit dan gelap menyulitkan tim evakuasi untuk menjangkau titik-titik yang diduga menjadi lokasi korban lainnya.
PT Freeport Indonesia mengerahkan seluruh sumber daya yang dimiliki, termasuk alat berat, tim SAR khusus, peralatan pengeboran, dan drone bawah tanah. Pihak kepolisian, Basarnas, serta lembaga teknis terkait turut terlibat dalam upaya penyelamatan yang berpacu dengan waktu.
Pihak keluarga korban, baik yang telah ditemukan maupun yang masih tertimbun, berharap keajaiban masih berpihak. “Kami berharap, kalaupun tidak selamat, kami bisa segera memakamkan mereka dengan layak,” ujar salah satu kerabat korban saat ditemui di posko informasi.
Tragedi ini menjadi pengingat betapa tingginya risiko pekerjaan di sektor pertambangan, khususnya di wilayah dengan tingkat aktivitas geologi yang kompleks seperti Papua. Hingga kini, PT Freeport Indonesia masih melakukan investigasi internal untuk mengetahui penyebab pasti longsor dan meninjau kembali standar keselamatan operasional di tambang bawah tanah tersebut.