Kesepakatan IEU-CEPA Rampung, 80 Persen Produk Ekspor Indonesia ke Eropa Bebas Tarif
Setelah hampir sembilan tahun proses perundingan, Indonesia dan Uni Eropa akhirnya mencapai titik terang dalam negosiasi perjanjian perdagangan bebas yang dikenal sebagai Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA). Kesepakatan ini ditargetkan rampung pada akhir Juni 2025 dan akan membawa dampak signifikan bagi perdagangan bilateral kedua pihak.
Dalam perjanjian ini, sekitar 80 persen produk ekspor Indonesia ke pasar Eropa akan dibebaskan dari tarif bea masuk. Produk-produk unggulan seperti alas kaki, tekstil, pakaian jadi, minyak sawit, serta hasil perikanan menjadi komoditas yang diuntungkan dari kesepakatan ini. Pemerintah Indonesia menyambut baik langkah ini sebagai peluang besar untuk meningkatkan daya saing produk nasional di pasar global.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan bahwa kesepakatan IEU-CEPA diharapkan dapat mendongkrak nilai ekspor Indonesia ke Uni Eropa hingga lebih dari 50 persen dalam kurun waktu tiga hingga empat tahun setelah implementasi. Selain penghapusan tarif, kesepakatan ini juga mencakup pengurangan hambatan non-tarif, serta pembahasan lebih lanjut mengenai konten lokal, sektor otomotif, perdagangan mineral kritis, dan fasilitas investasi.
Namun demikian, isu sensitif seperti kebijakan Uni Eropa mengenai deforestasi, yang selama ini menjadi ganjalan utama ekspor minyak sawit Indonesia, tidak menjadi bagian dari negosiasi IEU-CEPA. Meski begitu, Komisioner Perdagangan Uni Eropa, Maros Sefcovic, menjanjikan adanya perlakuan khusus bagi Indonesia dalam menyikapi regulasi tersebut.
Dengan nilai perdagangan bilateral yang tercatat mencapai €27,3 miliar pada tahun 2024, perjanjian ini dipandang sebagai langkah strategis untuk memperkuat hubungan ekonomi antara Indonesia dan Uni Eropa. Selain itu, IEU-CEPA juga menjadi instrumen penting dalam strategi Indonesia untuk mendiversifikasi pasar ekspor, terutama di tengah dinamika tarif dan proteksionisme global yang semakin kompleks.
